Untuk Panglima Tertinggi, Panglima Besar Djendral Soedirman :

sudirman.jpeg.scaled600

“Lapor pak, saya mawardi, dari kesatuan pejuang yang berpusat di daerah medan. Saya menghadap bapak karena saya ingin melaporkan bahwa saya, sampai detik ini masih tetap berjuang pak. walaupun terpaksa.

Saya terpaksa kembali berjuang bukan untuk melawan belanda – belanda keparat itu, atau orang – orang jepang yang sok mengaku saudara tua kita tapi menghantam kita dari belakang. Untuk kali ini, bukan mereka yang saya lawan pak. Saya hanya berjuang melawan orang – orang yang secara semena – mena sudah merebut hak saya atas sepetak tanah yang rencananya hanya ingin saya bangun rumah sederhana untuk ditinggali bersama keluarga saya pak. Hak saya sudah direbut pak, sama seperti hak merdeka bangsa kita yang dulu direbut dan di injak – injak oleh negara – negara biadab itu.

Kali ini saya ingin kembali berjuang pak. saya ingin melawan. dan saya ingin protes terhadap developer – developer besar itu yang secara sepihak mengklaim tanah saya sebagai tanah milik mereka. Padahal tanah saya tidaklah besar pak, namun mengapa mereka tega merebut tanah yang menjadi hak saya? padahal ini adalah kompleks perumahan yang dikhususkan untuk para mantan pejuang seperti kita.

Permasalahan ini bukan hanya saya saja pak yang mengalaminya, tapi teman – teman kita yang sudah berpuluh – puluh tahun menetap disanapun juga mengalami nasib yang sama. Ada apa dengan bangsa ini? Apa yang sedang terjadi dengan tanah air yang dulu kita bela pak? Kenapa kami semua diabaikan?

Sekarang tanah satu – satunya milik kami telah diambil alih. Hak yang seharusnya menjadi milik kami pun telah dirampas. dan setiap bulannya kami harus membayar uang sewa rumah sebesar Rp. 150.000. Mungkin untuk sebagian orang jumlah itu tidaklah besar, namun bagi kami jumlah itu sangatlah besar pak. Kami semua orang susah. Pekerjaan apa yang sekarang bisa dilakukan oleh para orang tua seperti kami?

Kini sudah delapan tahun kami membayar uang sewa atas rumah yang seharusnya telah lama menjadi milik kami. Pemerintahan yang dulu kita bela dan kita perjuangkan susah payah sekarang tidak pernah membela kami pak. Republik yang dilahirkan dengan bantuan harta dan nyawa kita sekarang tidak pernah membantu kami. Atau mungkin pemerintah sudah tidak mau membantu kami lagi. Karena sekarang yang menjajah kita bukan lagi bangsa lain pak, tapi bangsa sendiri.

Saat ini, kami ingin bertanya kepada bapak sebagai panglima tertinggi kami, namun bapak harus menjawabnya dengan jujur pak. Inikah balasan negara yang dulu kita bela mati – matian? inikah balasan bangsa yang dulu kita perjuangkan dengan taruhan nyawa kita? inikah balasan anak cucu kita pak?

Kita mungkin sudah dikhianati.

Tapi, walaupun kenyataannya seperti itu, saya bangga pak bisa ikut berperang membela tanah air dengan taruhan selembar nyawa saya. Saya bangga waktu itu bisa berjuang bersama – sama dengan bapak panglima. Saya pun bangga dengan baju kebesaran ini pak. Baju kebesaran yang sama dengan yang bapak kenakan dulu. Karena ini baju kebesaran kita pak, para pejuang.

Semoga akan ada masa depan yang lebih baik untuk kami”

———————————————————–

(Mawardi, veteran pejuang kemerdekaan RI 1945)

Leave a comment